div>

Karya Ilmiah


PEMANFAATAN FOSFAT SEBAGAI PENYUBUR LAHAN DI DESA BEKETEL KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI
Penulis :  1) Sinta Paramiswari, 2) Melodia Puji Inggarwati
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati 

ABSTRAK

Beketel adalah sebuah desa di kecamatan Kayen, kabupaten Pati, yang memiliki potensi alam yaitu batuan mineral fosfat, tepatnya di goa Winong. Batuan pada goa ini mempunyai potensi kandungan fosfat15-30 %. YaRabb
Pengetahuan masyarakat sekitar yang kurang mengenai sektor pertambangan dan ketiadaan badan pemerintah atau institusi yang menangani pertambangan atau mengeksplorasi potensi mineralnya, menyebabkan fosfat belum dapat dimanfaatkan.
Sebagian besar mata pencahariaan masyarakat Beketel adalah sebagai buruh tani di desa tetangga dengan upah yang kecil. Hal ini dikarenakan ketidaksuburan tanah  desa Beketel, hal ini dikarena tanah di desa ini mengandung fosfat dengan kadar yang tinggi, sehingga tanah membunyai sifat alkalis yang tinggi dan menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk itu, Penulis melakukan penelitian mengenai pengolahan mineral fosfat dalam batuan goa Winong, Desa Beketel sebagai pupuk dengan menambahkan limbah jerami sebagai PCI (Pupuk Cerdas Indonesia), agar dapat membantu masyarakat menyuburkan tanah dan masyarakat dapat bertani di lahan sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel A (rock phosfat) dan sampel B (peddle phosfat) DARI Gua Winong di Beketel, Kayen, Pati positif mengandung fosfat (P). Ini terbukti oleh sampel perubahan warna dari bening menjadi kuning setelah ditumpahkan larutan amolvan (Ammonium Molibdovanadat). Hasil test dari sampel sengan menggunakan NPKmeter pada sampe A (rock phosfat) mempunyai level yang lebih tinggi berkisar 32.057% dan sampel B (peddle phosfat) mempunyai level 24.5%.  
Dari hasil uji coba pada 15 pot sampel, komposisi yang paling tepat dalam menyuburkan tanah adalah  Tanah dengan komposisi : 50% tanah Beketel , 14% batuan fosfat  dan 36% abu jerami,  merupakan perbandingan yang paling tepat. (tanpa abu kulit buah randu). Hal ini terbukti dari pertumbuhan tanaman jagung dari tiga biji masing-masing dengan tinggi 1.5 cm, 5.5 cm, and 5.5 cm. Dan pot yang lain yang memunyai komposisi: tanah Beketel + limbah kulit kapas adalah tidak subur karena prosentasi K (Kaliun) rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada masyarakat Beketel untuk  mengetahui dan memanfaatkan  potensi mineral fosfat yang ada di daerahnya, sebagai penyubur (pupuk) dengan cara mencampurkanya dengan limbah abu jerami sehingga dapat menyuburkan tanah dan mengurangi limbah jerami. Kepada Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan solusi agar potensi mineral yang ada di daerah Beketel dapat termanfaatkan dengan jalan mengadakan kerjasama dengan berbagai instansi pertambangan guna meningkatkan perekonomian daerah pada khususnya, dan perekonomian Indonesia pada umumnya, serta untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Beketel

Kata kunci : mineral fosfat, penyubur, lahan pertanian
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PEMANFAATAN ALAT KONSERVASI MUARA SUNGAI (AKMS)
UNTUK MENGATASI SEDIMENTASI MUARA SUNGAI
DI KABUPATEN PATI
Penulis : 1)Muhammad Annis Wichi Luthfina, 2)Erna Nur Fitria
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati 

ABSTRAK

Pasang surut akan selalu berdampak pada pendangkalan akibat sedimentasi muara sungai. Fenomena sedimentasi sering dijumpai dan mengakibatkan sulitnya air laut masuk ke kawasan tambak, padahal kawasan tambak tersebut dipergunakan untuk  pembudidayaan ikan bandeng dan udang, bahkan pada musim kemarau dipergunakan untuk tambak garam. Sedimentasi muara sungai mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat, khususnya para petani tambak dan garam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara mengatasi sedimentasi di muara sungai di kawasan pesisir pantai tersebut ?”
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menciptakan teknologi tepat guna yang inovativ yaitu alat konservasi muara sungai (AKMS) (2) Untuk membuktikan bahwa alat konsevasi muara sungai dapat mengatasi permasalahan sedimentasi muara sungai di kawasan pesisir pantai.(3)Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis yaitu dengan meningkatkan sifat-sifat ilmiah penulis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi petani tambak dan petani garam khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya. Manfaat dari penelitian ini adalah : (1) Diciptakanya teknologi tepat guna yang inovativ dalam mengatasi masalah sedimentasi muara sungai di kawasan pesisir pantai. (2)Mampu mengatasi masalah yang dihadapi para petani tambak dan petani garam serta masyarakat luas dalam masalah sedimentasi muara sungai di kawasan pesisir pantai
Untuk mengatasi masalah sedimentasi pada muara sungai di kawasan pesisir, Penulis menciptakan teknologi tepat guna yang inovatif yaitu alat konservasi muara sunga(AKMS)i. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Develeopment). Dimana dari penelitian ini dihasilkan sebuah produk yaitu alat konservasi muara sungai(AKMS). Setelah melalui validasi, produk ini diujicobakan pada 5(lima) sungai di kabupaten Pati.
Dari hasil uji coba Alat Konservasi Muara Sungai (AKMS) pada 5(lima) muara sungai di Kabupaten Pati, diperoleh data dari pengukuran kejernihan air menggunakan secchidisk, sebelum uji coba alat konservasi muara sungai kejernihan air rata-rata sedalam 36 cm dari permukaan sungai. Sedangkan setelah pemakaian Alat Konservasi Muara Sungai diperoleh data rata-rata sedalam 2 cm dari permukaan sungai. Dari pengukuran kedalaman sungai, sebelum pemakaian alat, kedalaman rata-rata 62 cm, sedangkan setelah pemakaian alat kedalaman rata-rata 69 cm dari permukaan air. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Alat Konservasi Muara Sungai efektif dalam mengurangi sedimentasi muara sungai di kawasan pesisir kabupaten Pati.

Kata Kunci    : sedimentasi, alat konservasi muara sungai, muara sungai
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CIEL (CIPUT EKSTRAK LIDAH BUAYA ) DALAMAN KERUDUNG 
YANG SEHAT DAN ANTI PANAS
Penulis :  1) Dian Kartika Luckysari 2) Maulia Zahro Hanifa
Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati

ABSTRAK

Pada saat ini, berkerudung tidak saja menjadi sebuah kewajiban bagi wanita muslimah tetapi juga menjadi sebuah tren mode. Dari waktu ke waktu minat wanita untuk berkerudung semakin meningkat. Namun banyak wanita berkerudung mengeluhkan permasalahan mereka seputar kulit kepala dan rambut seperti kulit kepala lembab, panas, ketombe, serta rambut rontok.
Dari permasalahan yang dialami oleh para wanita berkerudung tersebut, Penulis berusaha memberikan solusi dengan cara menciptakan suatu produk yang inovatif   yaitu Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya), dalaman kerudung yang sehat dan anti panas.
Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) terbuat dari ciput dasar yang dalamnya dilapisi dengan kain yang mengandung ekstrak lidah buaya. Kandungan zat-zat dalam ekstrak lidah buaya inilah yang akan mengatasi masalah-masalah pada wanita berkerudung. Dengan diciptakanya Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) ini, penulis berharap masalah-masalah pada wanita berkerudung akan teratasi.
Pada penelitian ini, Penulis menggunakan metode R & D (Research and Development) atau penelitian dan pengembangan. Penelitian ini diawali dengan analisis kebutuhan para wanita berkerudung pada sebuah produk yang dapat mengatasi masalah-masalah mereka seputar kulit kepala dan rambut rontok. Dari kebutuhan tersebut Penulis mendesain produk yaitu Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya). Setelah melalui validasi, produk tersebut diujicobakan pada lima wanita berkerudung yang mempunyai masalah dengan kulit kepala dan rambutnya.
Dari hasil pengujian selama dua minggu, diperoleh fakta bahwa Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) dapat mengurangi rasa lembab dan panas pada kulit kepala, dapat mengurangi keberadaan ketombe sebanyak 27% serta dapat mengurangi rambut rontok sebanyak 21,06%. Sehingga Penulis menyimpulkan pemakaian Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) efektif mengurangi masalah-masalah kulit kepala dan rambut rontok pada wanita berkerudung. Berdasarkan hal tersebut Penulis menyarankan kepada para wanita berkerudung yang bermasalah dengan kulit kepala dan rambutnya, untuk memakai Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) secara rutin dan terus-menerus agar diperoleh hasil yang maksimal. Kepada para pembaca makalah ini, diharapkan untuk dapat memasyarakatkan Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya) agar dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
   
Kata kunci : Lidah buaya, Ciel (Ciput Ekstrak Lidah Buaya), kerudung, rambut, kulit kepala.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PEMANFAATAN LIMBAH DURI IKAN BANDENG 
DALAM PEMBUTAN TEMPE HI-CALCI
Penulis :  Luthfi Primadani Kusuma, Pembimbing : Idha Nurhayati, S.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil laut, salah satunya adalah ikan. Oleh sebab itu, banyak industri pangan yang memanfaatkan ikan sebagai bahan baku makanan, misalnya di Juana, Kabupaten Pati yang banyak memanfaatkan ikan bandeng untuk dijadikan otak-otak, bandeng crispy, bandeng duri lunak. Pembuatan beberapa produk dari ikan bandeng hanya memanfaatkan daging ikan bandeng tanpa memanfaatkan tulang ikannya. Padahal, tulang ikan mempunyai nilai gizi yang tinggi, salah-satunya kalsium yang merupakan mineral penting bagi manusia karena mempunyai peran vital pada tulang sehingga dapat mencegah timbulnya osteoporosis. Oleh karena itu, perlu pengolahan produk baru agar limbah pembuatan otak-otak bandeng yaitu tulangnya dapat digunakan secara maksimal. Salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah dengan mengolah limbah tulang ikan bandeng menjadi tempe berkalsium tinggi. Diharapkan dengan adanya upaya untuk memanfaatan tulang ikan bandeng sebagai bahan campuran tempe, tulang bandeng dapat menjadi bahan tambahan makanan yang siap disubtitusikan ke pangan lain. Selain itu, pemanfaatan tulang ikan bandeng akan mampu mengoptimalkan usaha pengolahan hasil perikanan yang ada di Juana, Kabupaten Pati.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan limbah tulang ikan bandeng dan potensi tulang ikan bandeng sebagai bahan pembuatan tempe berkalsium tinggi. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari studi pustaka dan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi. Data-data tersebut diolah secara runtut , sistematis dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Untuk mengolah tulang ikan bandeng menjadi tempe berkalsium tinggi dilakukan melalui beberapa proses. Proses pertama adalah mengolah tulang menjadi tepung. Kemudian proses selanjutnya adalah membuat tempe dengan mencampurkan tepung tulang ikan. Kesimpulan yang diperoleh dari karya ilmiah ini adalah limbah tulang ikan bandeng yang ada di Juana, Kabupaten Pati berpotensi sebagai bahan pangan fungsional yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan tempe. Dari pembuatan tempe yang telah dicampuri tulang ikan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kalsium masyarakat. Sedangkan saran yang dapat diberikan oleh penulis yakni perlu adanya pengenalan kepada masyarakat tentang pemanfaatan tulang ikan bandeng sebagai bahan campuran pembuatan tempe yang berkalsium tinggi sehingga kebutuhan kalsium masyarakat dapat dipenuhi secara maksimal tanpa mengeluarkan banyak biaya.
Kata Kunci :  duri ikan bandeng, tempe Hi-Calci

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BENDA CAGAR BUDAYA SITUS KAYEN PENYAMBUNG MATA RANTAI HISTORIOGRAFI KABUPATEN PATI DAN POTENSINYA
SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH
Penulis : Hanisa Rinda Pramukaningtyas, Pembimbing : Drs Amal Hamzah, M.Pd.
SMA Negeri 1 Pati Jl. Panglima Sudirman No. 24 Pati
ABSTRAK

Tim  Balai Arkeologi Yogyakarta (BALAR Yogyakarta) yang melakukan peninjauan pada tanggal 4 Mei 2011 di Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,  Jawa Tengah berhasil mengidentifikasikan beberapa temuan di lokasi tersebut sebagai Benda Cagar Budaya (BCB). Berdasarkan hal tersebut muncul permasalahan bagaimanakah sejarah kepurbakalaan  fakta-fakta data arkeologi Benda Cagar Budaya yang diketemukan di Situs Kayen serta  perlindungan yang sudah dan harus dilakukan terhadap penemuan tersebut karena penemuan benda-benda bersejarah di situs tersebut dapat berfungsi sebagai penyambung mata rantai historiografi Kabupaten Pati dan dapat berpotensi  sebagai  objek wisata sejarah Kabupaten Pati.
      Melalui penelitian yang dilaksanakan tanggal 3-7 Marert 2013 dengan teknik observasi, penelitian kepustakaan, dan wawancara diperoleh hasil bahwa Candi Miyono beserta Benda Cagar Budaya lain yang ditemukan di Situs Kayen menunjukkan bahwa Candi Miyono merupakan Candi Hindu pertama berbahan batu bata merah yang ditemukan di Wilayah Pesisir Utara Jawa. Benda-benda budaya tersebut menjadi penyambung mata rantai sejarah bahwa di Pati sudah terjadi interaksi antara penduduk pribumi dengan kaum pedagang terutama dari Cina dan terjadi penyebaran agama Hindu di Pesisir Utara Jawa. Karena hal tersebut, Situs Kayen sangat memerlukan perlindungan dan kepastian hukum yang lebih kuat agar terjaga kelestariannya karena situs ini berpotensi menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Pati. 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DENGANPENDEKATAN IBL (Inquiry-Based Learning)
PADA KELAS XISMA 12 SEMARANG

Ariyani, Rosyda Safrida. 2006. Jurusan Kimia. FMIPA. UNNES.

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMA 12 Semarang ternyata hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA 1 SMA 12 Semarang masih rendah yaitu nilai rata-rata untuk materi larutan asam dan basa adalah 56,74  dengan ketuntasan klasikal 37,21% dan rata-rata nilai untuk materi Stoikiometriadalah 61,16 dengan ketuntasan klasikal 25,58%. Hal ini disebabkan karena pembelajaran didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru.
Dengan menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan IBL siswa diberitugas untuk membuat pertanyaan yang disertai dengan jawaban, melakukan penyelidikan dan akhirnya menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dibahas. Permasalahan  dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar kimiasiswa kelas XI IPA 1 SMA 12 Semarang tahun ajaran 2005/2006. Apakah penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL dapat meningkatkan hasilbelajar siswa?
 Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasilbelajar kimia siswa dengan menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan IBL. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (1) bagi siswa hasilbelajar siswa kelas XI SMA 12 Semarang dalam mata pelajaran kimia meningkatdan pemahaman siswa terhadap konsep kimia meningkat, (2) bagi guru dapatmenambah informasi tentang penelitian tindakan kelas yang cocok untuk matapelajaran kimia dan adanya inovasi model pembelajaran kimia oleh guru yang menitik beratkan pada pendekatan IBL, (3) bagi sekolah sebagai masukan kepada sekolah tempat penelitian, perlunya penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakandalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA 12Semarang. Fokus yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Data hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes di akhir siklus, data hasil belajar afektif diperoleh dari hasil angket siswa, sedangkan data hasil belajarpsikomotorik diperoleh dari hasil observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat hasil belajar siswayaitu secara klasikal, 85% siswa mencapai ketuntasan belajar minimal 65%. Dari hasil penelitian, rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus I meningkat dari 47.61 dengan ketuntasan klasikal 27.91% menjadi 77.42 dengan ketuntasan klasikal 83.72%. Pada siklus II mencapai 86.89 dengan ketuntasan klasikal 100%. Pada siklus III mencapai 89.77 dengan ketuntasan klasikal 100%. Rata-rata hasilbelajar afektif siklus I, II, dan III berturut-turut adalah 72.31; 77; dan 80.39.Sedangkan rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus I, II, dan III berturut-turut adalah 72.09; 76.31; dan 78.78.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat melalui penerapan modelpembelajaran dengan pendekatan IBL.Disarankan agar dalam penerapan model pembelajaran dengan pendekatan IBL hendaknya guru harus bisa memotivasi siswa agar aktif dalam prosespembelajaran baik di kelas maupun di laboratorium, kreativitas guru perlu ditingkatkan untuk menjadikan model pembelajaran dengan pendekatan IBL lebih menarik. 


Kata Kunci : Hasil Pembelajaran, Pendekatan IBL, Hasil belajar



No comments:

Post a Comment